Friday, December 15, 2006

Ten Days To Christmas

Kumaha nih, udah tanggal segini masih gak berasa-berasa Natal juga. Benernya dimana-mana udah banyak rame-ramean hiasan Natal, dan di mall maupun di radio udah banyak lagu Natal. Pohon Natal gue yang cekingpun udah mengundara.
Kadang2 kalau lagi lewat di mall dari dan menuju kantor begitu denger lagu Natal biasanya meresap bentar, tapi entah kenapa, gue jadi agak lupa, apa yang yang bikin Natal kayak Natal selaen lagunya?

Mungkin dari dulu gitu-gitu aja kali ya : )

Natal disini., pernah kita lewatin dengan jalan-jalan di Orchard yang penuh dengan orang dari ujung ke ujung. Bagusnya sih banyak choir grup disana-sini dan mereka rata-rata bagus, gak asiknya itu ramenya dengan orang-orang. Tapi rata-rata semua orang heppi, make gelang2an glow in the dark, topi dengan tanduk rusa raksasa atau topi Santa, nyembur-nyemburin busa kalengan dan pita warna warni kemana-mana, kenal maupun gak kenal. Pemborosan sih, tapi sekali-sekali, mungkin jangan terlalu dipikirin, biarpun besoknya harus melihat orang membersihkan jalan seinci demi seinci dari warna-warna yang nempel di pavement. Seminggu kemudian, Tahun Baru, lebih meriah lagi, karena notabene, semua orang merayakan Tahun Baru. Biarpun keramaian pas Natal juga terdiri dari beribu-ribu orang non-Kristen yang ikut merayakan.

Pernah juga kita merayakan Tahun Baru dengan temen-temen nyelam yang baru nemu di tahun pertama kita mulai hobi itu, rame-rame ngumpul di restoran club dekat pantai, dan gue inget banget waktu itu tertarik dengan ide merasakan pergantian tahun didalam air. Untungnya kita belom memenuhi persyaratan buat nyelam malam, jadi kita cuman nonton. Soalnya kacau juga jadinya. Jadi serombongan penyelam (yang bayar buat melakukannya) bawa-bawa papan yang ada tulisan glow in the dark HAPPY NEW YEAR 2005.
Bayangin aja diving di dekat pier dengan, mungkin zero visibility, akhirnya keleng beleng ada yang kelihatannya terpisah dengan groupnya dan pas mereka nongol di ujung lainnya pier, tulisannya tinggal H PY E EAR 2 0 , udah itu nongolnya kecepetan, jadinya mereka ikutan countdown dengan muka udah disurface. Gak berapa lama, keplak keplak cepyak cepyak ada satu manusia kodok laen manjat ke atas pier dengan satu kaki kodoknya ilang dibawah air. Apes. Apes. Finsnya sama persis dengan gue punya, hmm, mungkin bisa gue pake buat cadangan kalo nemu, tapi ogah banget suruh gue nyilem di air butek gitu. Kekeke.
Gue inget pula waktu itu sambil countdown, gak berenti-berenti melihat ke horizon, ngeliat ombak yang lebih gede dari biasanya, karena bagaimanapun, itu cuma beberapa hari dari tsunami Boxing Day. Waktu itu kita juga belom nyadar segitu banyaknya korban jiwa dan kesengsaraan.

Ngomong-ngomong soal kesengsaraan manusia, gue baru kelar habis baca buku berjudul Emergency Sex, karya Kenneth Cain, Heidi Postlewait dan Andrew Thomson. Ketiga-tiganya adalah volunteer dari United Nation dan mereka pernah bertugas di Cambodia, Somalia, Haiti, Rwanda dan beberapa tempat lagi. Dan buku ini adalah jurnal mereka.
Dari situ gue baru tau, seperti apa kehidupan mereka di kancah perang. Dari berleha-leha makan gaji buta dan seks bebas sampai ketika mereka harus berkecimpung diantara mayat-mayat membusuk dan menyaksikan kebrutalan perang. Bukunya jelas, jujur dan banyak menceritakan kenyataan-kenyataan mengerikan yang terjadi pada manusia yang bikin gue, membayangkan aja sulit. Waktu tidur ditengah buku, mau gak mau, gue termimpi-mimpi juga, mengingat, gue memang tukang mimpi.
Herannya buku itu gue gali dari tumpukan Book Sale, yang terbuang dan didiskon habis-habisan. Gue pernah melihat buku tentang topik serupa tapi mereka begitu cepat turun dari display utama sehingga susah buat nyarinya lagi. Waktu milih buku ini aja gue tertarik dengan tulisannya yang lumayan besar dan pacing yang kelihatannya gak berat, maklum, mata udah kecapean ngeliat computer, baca buku inipun eksklusif hanya untuk dirumah, soalnya, judulnya mungkin bikin orang-orang di MRT mengernyitkan muka dan berpikir gue cewek ngebet yang baca buku jorok.
Hoh.

Setelah baca buku itu, gue milih2 buku laen dari rak, tapi mau gak mau gue kepengaruh dan jadi males baca buku fiksi. Karena, fiksi itu ternyata gak segila kenyataan, dan fiksi udah jarang menipu gue, jadi gue baca deh buku yang udah lama gue beli yang gak pernah gue baca karena keriting dan tulisannya kecil-kecil, Schindler’s List. Tahun lalu gue beli VCDnya dan nonton lagi, tapi banyak hal yang ternyata tidak begitu gue mengerti.

Scarlet toddler. Semua pasti ingat kalo pernah nonton filemnya/baca bukunya.

Ngomong-ngomong soal fiksi, gue dibeliin tumpukan, dan gue maksud tumpukan, buku poket Gober bebek. Lebih dari 50 buku dibeliin Asung, si koko gendut yang gak begitu gendut lagi dan dibawain bokap melewati Hang Nadim Batam dan Ferry Singapura. Setelah baca segitu banyak tentang keluarga bebek, banyak juga gue temui kalo mereka kadang-kadang nasty abis. Terutama si Gober pelit, gue sebel ama orang pelit, ceritanya banyak yang lucu tapi ada beberapa pula yang saking pelitnya bikin sebel juga! Di satu cerita, demi mendapatkan jalur kereta, dia bekerjasama dengan Untung dan mereka memfitnah Donal biar masuk penjara. Gila juga kan, buku anak-anak, kok kesennya fitnah wajar-wajar aja. Trus tentang Agus Angsa, yang bener-bener malas, ampe malas yang bikin sebel. Ha. Kebanyakan diserep bacanya kali’.

Anyway, Christmas is coming. I’m feeling it. : )
Yang penting buat Christmas bukan hari H-nya, mungkin juga bukan perayaannya, tapi mungkin, spiritnya?
Btw, gue punya ponakan baru, baru minggu lalu, dan katanya bapaknya udah kurusan tiga kilo. Hehehhehehehe.

____________________________________________________________________________________

When I read about the evils of drinking, I gave up reading.
- Henny Youngman

I once bought my kids a set of batteries for Christmas with a note on it saying, toys not included.
- Bernard Manning

The trouble with the Internet is that it's replacing masturbation as a leisure activity.
- Patrick Murray

The difference between fiction and reality? Fiction has to make sense.
- Tom Clancy

A man falls down a flight of stairs and somebody rushes over to him and asks, "Did you miss a step?"
"No," he answers, "I hit every one of them!"

- Milton Berle

We spend the first twelve months of our children's lives teaching them to walk and talk and the next twelve telling them to sit down and shut up.
- Phyllis Diller