Sunday, April 26, 2009

The Emerald Color of Celebes Sea (13-27 March 2009)

Look below! Or linK on The riGht..
I BlooDdy hate ThiS kind of WriTing but not toDay! I'm so HapPy to finaLly finiSh this..!!!
(It's so damn hard to write this way! Why would anyone do that?)

http://apingpingaa-celebesmarch2009.blogspot.com/

Cheers!

Thursday, April 02, 2009

Penggerogotan Bangsa Kita

Waduuuh, judulnya gak nahan bener. Gak biasa-biasanya...
Tenang. Tenang.. Kayaknya isinya sama aja tapi. Masih reseh kok.
Ha...
Udah lama gak ngepos, karena gak ada fasilitas.



Setiap kali pergi menyelam, gua selalu ketemu satu kenyataan yang mengecewakan, pengelolanya ternyata bule.
Sepertinya apapun sumber daya alam yang oke di Indo, pasti yang nongol bule juga.

Emang sih., kunyuk2 berambut kuning itu banyak yang mempunyai maksud baik, tapi selaen itu segala macam eksploitasi juga ada. Lagian, kenapa bukan kita, kunyuk2 negara sendiri yang melakukannya?

Sayangnya orang Indo yang peduli atau mau banyakan gak punya materi dan dukungan yang cukup. Misalnya, untuk membangun sebuah usaha diving, dibutuhkan modal gila2an. Jangankan usaha diving, mau jadi guide aja modalnya cukup gila. Menyedihkan kalau melihat usaha menyelam, yang mengelola bule atau orang asing yang kuat bayar dan insting bisnisnya gede.
Selaen memanfaatkan, memupuk kekayaan yang sering diliat terutama diusaha2 kayak tambang dan laen-laen, orang bule banyak yang mengaku melakukannya karena peduli. Emang bener, banyak yang peduli, banyak yang sayang alam, banyak yang mempunyai pengetahuan tinggi tentang pelestarian laut, tapi dilain pihak, bukan cuman mereka yang bisa peduli. Dan jumlah kepedulian yang tulus itu cukup jarang. Cukuuup jarang.

Makanya selama ini kalau udah menghubungi operator menyelam, kena bule, kita langsung gak pengen. Bukannya rasis doang, tapi banyak alasan di belakang. Pertama, kita lebih senang berurusan dengan orang Indo, mungkin karena ini industri luar dalam, hubungan orang Indo ketat di urusan selam menyelam. Keramahan mereka jelas. Mungkin karena usaha penyelaman banyakan di tempat2 terpencil yang orangnya masih tulen baik2. Ramah, dan gak cerewet.
Kedua, mengaku banget. Urusan harga. Kesamaan kewarganegaraan masih ketat gue rasakan. Harga khusus, harga special, gak pernah gagal ditawarkan. Dan harga orang Indo bisa jauh berbeda dengan harga rambut kuning, atau rambut hitam yang punya katepe laen. Kadang kala harga kita bagus banget ampe kita juga bingung bagaimana usaha mereka bisa menguntungkan. Tapi begitulah, gue salut sama setiakawanan yang begitu kental. Dilain pihak, gue gak rela menguntungin orang bule, yang ngasih harganya mencekik jiwa raga. Dan anehnya, kita disuruh bayar American Dollar atau Euro. Divingnya dimana? Indonesia. Jual beli pake apa? Rupiah. Transaksi dimana? Indonesia. Gua orang apa? Indonesia. Lha, kenapa ngotot ngecharge gue pake lembaran yang gue pegangpun gak pernah?

Ketiga, sori, tapi seperti gua bilang sering-sering, kualitas guide orang bule tidak begitu oke. Bule atau orang Asia yang sok bule. Nyelam cepat-cepat, kayak mau lomba. Napas naga bentar lagi minta naek karena udara dalam tabung habis. Dan banyak yang suka berani mati, menyelam tuh makin dalam makin asik. Makin berbahaya, makin heboh. Trus bangga. Keren2 equipment mahal2, belom bisa melayang dalam air udah bawa kamera. Trus jatuh. Hilang. Mewek. Atau kuliah panjang lebar tentang pelestarian lingkungan, gak boleh pake sarung tangan atau reef hook, merusak alam. Giliran kena arus, karang ditendang, ditabrak dan dipeluk. Jangankan karang, kepala orang laen juga disambar. Atau berenang gaya katak, tangan diayun kemana-mana. Kaki kena karang, bukannya diangkat, tapi ditendang biar bebas, padahal itu kepala gue.
Antara diving, minumnya bir. Emang bagi mereka kayak coca-cola.., tapi drink diving sama no-no nya dengan drink driving. Bisa mencelakakan diri sendiri dan orang laen. Dalam air, semua hal bisa jadi berabe. Kalo berabe, ukuran detik atau menit bisa menentukan hidup matinya orang.

Kalo nyari barang-barang kecil, atau macro, mereka juga gak bisa. Guide Indo paling jempolan, alhasil bekal sakti mencari kutu rambut, atau jarum dalam jerami, atau memeras jemuran. Pokoknya bisa. Tokcer deh. Benar. Kesaksian gue terhadap dive master Indo, mereka benar2 jempolan. Dan jarang bacot gede. Sangat jarang. Bener deh.

Karena itu, karena itu, betapa senangnya kita kalo ketemu operator lokal. Biasanya satu diantara selusin, tapi selalu ada. Yang menyedihkan kalo operator Indo yang begitu kita hubungin, ternyata udah jadi bule atau orang Singapur. Untungnya semua yang kita ikutin masih ada, masih oke, masih berjalan.

Semoga kita gak terus menerus digerogoti dan makin bisa berpijak sendiri. Semoga.

Kalo gue kedengerannya rasis sama orang bule ataupun Singapur, gua emang rasis.
Tapi perlu loe tau, gue rasis sama siapa aja, termasuk sama kaum gua sendiri.
Gua sadar betul kalo gue mau nambah nama tengah di katepe, gue cocoknya milih ‘Nyolod’.


Begitulah. Begitulah, nyet.